Lomba-lomba Update Status :P
Kalo liat
status di FB, kadang pengen ketawa, kadang menginspirasi, tapi kadang juga
bikin “muak”. Muak di sini bukan berarti sarkastik ya, tapi hanya sekedar
perumpamaan bahwa status di FB ternyata juga bisa bikin orang “nggak suka”.
Kalo liat fenomenanya sih, orang-orang yang update status itu ternyata memiliki
tujuan masing-masing, meskipun tujuan utamanya ya pasti biar dia bisa kasih
kabar seluas-luasnya ke semua orang yang dia kenal di FB. Tapi, sejauh
pengamatanku sih, banyak motif tersembunyi dibalik tindakan update status loh
(wuih, kayak tindak kriminal aja yah, pake motif tersembunyi segala, hehe).
Berikut adalah golongan-golongan Facebookers berdasarkan jenis status yang
paling sering di-update olehnya.
Pertama,
adalah golongan “peng-update philosophycal status”, yaitu orang yang sebagian
besar statusnya bertujuan untuk berbagi kebaikan, semangat, dan inspirasi.
Orang ini lebih sering update status yang isinya petuah-petuah atopun kata-kata
pemotivasi, baik buat dia sendiri maupun buat semua temannya di FB. Dan sangat
jarang meng-update status yang isinya hanya curhatan atas perasaannya (yang
emang seharusnya nggak di-share ke mana-mana), atau sangat jarang update status
iseng. Mungkin pernah, tapi hanya sesekali.
Banyak yang
terinspirasi dengan status yang dibuatnya, tetapi kadang temen-temennya di FB
juga mungkin menganggap orang ini sangat membosankan dan bikin “enek” dengan
statusnya yang selalu memuat filosofi-filosofi puitis yang kalo terlalu lebay
bisa bikin muntah, hehe (jujur aja). Tapi, apa benar mereka pantas muntah
dengan status-status inspiratif itu dibanding muntah dengan status-status iseng
yang terlalu banyak membanjiri beranda FB kita?? Yuk, simak terus tulisanku,
hehe.
Golongan
kedua adalah golongan “i’m too much important to be cared” alias “aku terlalu
penting untuk dipedulikan” (hahay). Golongan ini sangat hobi meng-update
statusnya, terutama yang berkaitan dengan perasaannya, mulai dari status
seperti “hmm, aku ngantuk” sampe “eh, lo pikir lo siapa??!! (marah)”. Hobiiiii
banget update status, bisa aja status sebelumnya belum dikomen orang lain, eh
dia udah bikin status lagi aja, sampe-sampe temen-temennya jadi males komen,
hihi.
Biasanya, status inspiratifnya cuma sedikit. Yang aku
heran, biasanya status-nya itu ditujukan ke seseorang, bukan ke semua teman.
Lalu kenapa nggak pake message aja? Yah, mungkin kembali lagi pada tujuan utama
membuat FB: supaya eksis dan semua orang tau. Lalu buat apa sih, orang tau kalo
kita lagi marah sama si anu, atau lagi patah hati, atau lagi sedih? Bukannya
itu bisa bikin semua orang tau gimana “buruk”-nya kita? Allah aja nyuruh kita
menyimpan rapat-rapat aib orang lain, lha kok kita malah rajin nge-share aib
kita sendiri... hanya Allah dan mereka yang masuk golongan ini yang bisa
menjawabnya :P.
Golongan
ketiga adalah golongan “you have to laugh when you read my status” alias
golongan yang mendedikasikan dirinya untuk status-status yang isinya lelucon,
dengan maksud agar semua temen-temennya having fun dengan statusnya. Hampir
tiap statusnya selalu didedikasikan untuk melucu. Tapi sayang, kalo pas
leluconnya lagi garing, pasti temen-temennya Cuma bisa segera lari ke apotik
terdekat buat beli obat anti nausea dan vomitus (hehehehehehe).
Golongan
keempat adalah golongan “i have to keep or make good image by my status” alias
orang-orang yang meng-update statusnya dengan tujuan membentuk imej diri yang
bagus atau menjaganya agar tetap bagus. Golongan ini suka sekali update status
yang berat-berat, filosofi kelas tinggi, kata-kata mutiara dari buku impor,
wajib update status kalo lagi sibuk melakukan hal-hal bonafit seperti ikut
seminar internasional, mancing di antartika, atau makan magnum di bawah sunset
(ga nyambung kali ya? Hihiy). Ato nggak, dia memoles statusnya agar tampak
seperti curhatan, tapi sebenernya ditujukan untuk membentuk atau menjaga imej
kelas tingginya, seperti: “fiuh, capek banget seharian di kampus ngasistenin
adek kelas... tapi gapapa, ipad sudah nyala, ipod tinggal pencet, segelas
capuccino juga udah nangkring di meja, tinggal main game ditemani suasana cafe
yang adem...” atau yang lebih nggak penting: “hm... parfum mobil oleh-oleh dari
Canada, wangi juga...” atau mungkin: “eh, teman, bikin komunitas anak kampus
yang pake hape android yukz!”
Waah, kalo
yang baca emang sederajat, sebangsa, dan setanah air sih, seneng-seneng aja.
Malah ikut nimbrung biar imej kelas atas-nya terbentuk juga. Tapi buat yang
beda tahta? Bisa bikin frustasi. Apalagi kalo nggak tau istilah-istilah ipad,
ipod, android. Paling banter ikut komen: “android tu apa cuy?” mending kalo
dibales komen dengan baik, kalo dibalesnya gini: “masa lo gak tau? Kemane aje
gan...” hm, imej temennya itu bisa turun drastis, ck ck ck J.
Trus, kita
termasuk golongan yang mana, ya??? Kalo kita dominan update salah satu jenis
status di atas, berarti kita termasuk salah satu golongan di atas, tapi bisa
juga kita masuk ke semua golongan—alias kita kadang-kadang update status
inspiratif, curhat, ngelucu, dan juga jaim. Yang paling baik emang yang seimbang.
Alias nggak lebay. Allah juga nggak suka apa-apa yang berlebihan kan...
Coba aja,
misalnya kita tiap update status selalu berfilosofi, selalu kasih nasehat,
selalu puitis, pasti temen-temen di FB bakalan bosen dan bisa aja terjadi KLB
nausea dan vomitus pada temen-temen kita itu (wah, bisa gawat! Huhuy). Pasti
akan keluar anggapan-anggapan seperti: “ni anak sok dewasa banget sih. Status
suka gaje, pake kata-kata kiasan lah, puisi lah. Lebay banget sih. Perasaan
hidup tuh gak seromantis itu...” Mungkin tujuan kita emang baik, yaitu buat
menginspirasi orang lain, tapi kan mesti diselingi status-status yang realistis
juga, gak sebatas filosofi-filosofi.
KLB nausea
dan vomitus juga bisa terjadi kalo kita terlalu mengeksploitasi FB sebagai
tempat curhat massal. Mungkin akan banyak keluar pendapat-pendapat, misalnya:
“ni anak sok penting banget! Siapa juga yang mau tau dia lagi ngapain jam 1
malem!” atau: “pikir amat lo mau patah hati sama siapa... curhat aja di bulan!”
Sesekali emang boleh mengungkapkan unek-unek yang di-share ke mana-mana, tapi
nggak tiap hari juga dong, apalagi tiap menit. Kalo mau sering-sering curhat,
pake message ke temen deket kan bisa. Atau kembali ke cara manual, curhat
langsung face to face ke sahabat. Lebih aman, dan nggak akan dicaci-maki sama
temen di FB (meskipun Cuma dalem hati).
Sama juga
kalo kita keseringan ngelucu di status FB. Karena yang namanya ngelucu itu kan
sewaktu-waktu bisa garing. Bisa gawat itu, kalo lawakannya garing. Sesuatu yang
garing kan gampang kebakar. Kita bisa aja dibumihanguskan oleh status kita
sendiri karena keseringan ngelawak garing.
Dan, kalo
keseringan update status jaim di FB, mungkin KLB nausea dan vomitus-nya bisa
lebih parah—selain juga bisa menyuburkan benih-benih penyakit hati ke temen
seperti iri, dengki, marah, dsb. Pendapat pertama yang keluar dari temen yang
sering baca status jaim kita itu pasti: “BELAGU BANGET NI ORANG!” Kalo jaim-nya
udah membabi buta, bisa berabe. Tangan temen kita di FB pasti gatel pengen
nge-remove atau nge-blokir kita.
So,
janganlah termasuk salah satu golongan di atas. Jadilah Facebooker yang tau
kapan harus update status, kapan harus komen, dan kapan harus diam. Biar
seimbang, nggak lebay, dan nggak bikin orang jenuh sama kita. Nggak enak kan
kalo di-remove atau di-blokir orang? J.
By: Nena
Fauzia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar