Selasa, 29 Maret 2011


Lomba-lomba Update Status :P

Kalo liat status di FB, kadang pengen ketawa, kadang menginspirasi, tapi kadang juga bikin “muak”. Muak di sini bukan berarti sarkastik ya, tapi hanya sekedar perumpamaan bahwa status di FB ternyata juga bisa bikin orang “nggak suka”. Kalo liat fenomenanya sih, orang-orang yang update status itu ternyata memiliki tujuan masing-masing, meskipun tujuan utamanya ya pasti biar dia bisa kasih kabar seluas-luasnya ke semua orang yang dia kenal di FB. Tapi, sejauh pengamatanku sih, banyak motif tersembunyi dibalik tindakan update status loh (wuih, kayak tindak kriminal aja yah, pake motif tersembunyi segala, hehe). Berikut adalah golongan-golongan Facebookers berdasarkan jenis status yang paling sering di-update olehnya.

Pertama, adalah golongan “peng-update philosophycal status”, yaitu orang yang sebagian besar statusnya bertujuan untuk berbagi kebaikan, semangat, dan inspirasi. Orang ini lebih sering update status yang isinya petuah-petuah atopun kata-kata pemotivasi, baik buat dia sendiri maupun buat semua temannya di FB. Dan sangat jarang meng-update status yang isinya hanya curhatan atas perasaannya (yang emang seharusnya nggak di-share ke mana-mana), atau sangat jarang update status iseng. Mungkin pernah, tapi hanya sesekali.

Banyak yang terinspirasi dengan status yang dibuatnya, tetapi kadang temen-temennya di FB juga mungkin menganggap orang ini sangat membosankan dan bikin “enek” dengan statusnya yang selalu memuat filosofi-filosofi puitis yang kalo terlalu lebay bisa bikin muntah, hehe (jujur aja). Tapi, apa benar mereka pantas muntah dengan status-status inspiratif itu dibanding muntah dengan status-status iseng yang terlalu banyak membanjiri beranda FB kita?? Yuk, simak terus tulisanku, hehe.

Golongan kedua adalah golongan “i’m too much important to be cared” alias “aku terlalu penting untuk dipedulikan” (hahay). Golongan ini sangat hobi meng-update statusnya, terutama yang berkaitan dengan perasaannya, mulai dari status seperti “hmm, aku ngantuk” sampe “eh, lo pikir lo siapa??!! (marah)”. Hobiiiii banget update status, bisa aja status sebelumnya belum dikomen orang lain, eh dia udah bikin status lagi aja, sampe-sampe temen-temennya jadi males komen, hihi.

Biasanya,  status inspiratifnya cuma sedikit. Yang aku heran, biasanya status-nya itu ditujukan ke seseorang, bukan ke semua teman. Lalu kenapa nggak pake message aja? Yah, mungkin kembali lagi pada tujuan utama membuat FB: supaya eksis dan semua orang tau. Lalu buat apa sih, orang tau kalo kita lagi marah sama si anu, atau lagi patah hati, atau lagi sedih? Bukannya itu bisa bikin semua orang tau gimana “buruk”-nya kita? Allah aja nyuruh kita menyimpan rapat-rapat aib orang lain, lha kok kita malah rajin nge-share aib kita sendiri... hanya Allah dan mereka yang masuk golongan ini yang bisa menjawabnya :P.

Golongan ketiga adalah golongan “you have to laugh when you read my status” alias golongan yang mendedikasikan dirinya untuk status-status yang isinya lelucon, dengan maksud agar semua temen-temennya having fun dengan statusnya. Hampir tiap statusnya selalu didedikasikan untuk melucu. Tapi sayang, kalo pas leluconnya lagi garing, pasti temen-temennya Cuma bisa segera lari ke apotik terdekat buat beli obat anti nausea dan vomitus (hehehehehehe).

Golongan keempat adalah golongan “i have to keep or make good image by my status” alias orang-orang yang meng-update statusnya dengan tujuan membentuk imej diri yang bagus atau menjaganya agar tetap bagus. Golongan ini suka sekali update status yang berat-berat, filosofi kelas tinggi, kata-kata mutiara dari buku impor, wajib update status kalo lagi sibuk melakukan hal-hal bonafit seperti ikut seminar internasional, mancing di antartika, atau makan magnum di bawah sunset (ga nyambung kali ya? Hihiy). Ato nggak, dia memoles statusnya agar tampak seperti curhatan, tapi sebenernya ditujukan untuk membentuk atau menjaga imej kelas tingginya, seperti: “fiuh, capek banget seharian di kampus ngasistenin adek kelas... tapi gapapa, ipad sudah nyala, ipod tinggal pencet, segelas capuccino juga udah nangkring di meja, tinggal main game ditemani suasana cafe yang adem...” atau yang lebih nggak penting: “hm... parfum mobil oleh-oleh dari Canada, wangi juga...” atau mungkin: “eh, teman, bikin komunitas anak kampus yang pake hape android yukz!”
Waah, kalo yang baca emang sederajat, sebangsa, dan setanah air sih, seneng-seneng aja. Malah ikut nimbrung biar imej kelas atas-nya terbentuk juga. Tapi buat yang beda tahta? Bisa bikin frustasi. Apalagi kalo nggak tau istilah-istilah ipad, ipod, android. Paling banter ikut komen: “android tu apa cuy?” mending kalo dibales komen dengan baik, kalo dibalesnya gini: “masa lo gak tau? Kemane aje gan...” hm, imej temennya itu bisa turun drastis, ck ck ck J.

Trus, kita termasuk golongan yang mana, ya??? Kalo kita dominan update salah satu jenis status di atas, berarti kita termasuk salah satu golongan di atas, tapi bisa juga kita masuk ke semua golongan—alias kita kadang-kadang update status inspiratif, curhat, ngelucu, dan juga jaim. Yang paling baik emang yang seimbang. Alias nggak lebay. Allah juga nggak suka apa-apa yang berlebihan kan...

Coba aja, misalnya kita tiap update status selalu berfilosofi, selalu kasih nasehat, selalu puitis, pasti temen-temen di FB bakalan bosen dan bisa aja terjadi KLB nausea dan vomitus pada temen-temen kita itu (wah, bisa gawat! Huhuy). Pasti akan keluar anggapan-anggapan seperti: “ni anak sok dewasa banget sih. Status suka gaje, pake kata-kata kiasan lah, puisi lah. Lebay banget sih. Perasaan hidup tuh gak seromantis itu...” Mungkin tujuan kita emang baik, yaitu buat menginspirasi orang lain, tapi kan mesti diselingi status-status yang realistis juga, gak sebatas filosofi-filosofi.

KLB nausea dan vomitus juga bisa terjadi kalo kita terlalu mengeksploitasi FB sebagai tempat curhat massal. Mungkin akan banyak keluar pendapat-pendapat, misalnya: “ni anak sok penting banget! Siapa juga yang mau tau dia lagi ngapain jam 1 malem!” atau: “pikir amat lo mau patah hati sama siapa... curhat aja di bulan!” Sesekali emang boleh mengungkapkan unek-unek yang di-share ke mana-mana, tapi nggak tiap hari juga dong, apalagi tiap menit. Kalo mau sering-sering curhat, pake message ke temen deket kan bisa. Atau kembali ke cara manual, curhat langsung face to face ke sahabat. Lebih aman, dan nggak akan dicaci-maki sama temen di FB (meskipun Cuma dalem hati).
Sama juga kalo kita keseringan ngelucu di status FB. Karena yang namanya ngelucu itu kan sewaktu-waktu bisa garing. Bisa gawat itu, kalo lawakannya garing. Sesuatu yang garing kan gampang kebakar. Kita bisa aja dibumihanguskan oleh status kita sendiri karena keseringan ngelawak garing.
Dan, kalo keseringan update status jaim di FB, mungkin KLB nausea dan vomitus-nya bisa lebih parah—selain juga bisa menyuburkan benih-benih penyakit hati ke temen seperti iri, dengki, marah, dsb. Pendapat pertama yang keluar dari temen yang sering baca status jaim kita itu pasti: “BELAGU BANGET NI ORANG!” Kalo jaim-nya udah membabi buta, bisa berabe. Tangan temen kita di FB pasti gatel pengen nge-remove atau nge-blokir kita.

So, janganlah termasuk salah satu golongan di atas. Jadilah Facebooker yang tau kapan harus update status, kapan harus komen, dan kapan harus diam. Biar seimbang, nggak lebay, dan nggak bikin orang jenuh sama kita. Nggak enak kan kalo di-remove atau di-blokir orang? J.

By: Nena Fauzia

2 komentar:

  1. hemm,,,,jd mikir aku masuk yg mana y???he,,he...
    yang pasti smg Allah Sll menjaga dlam hal yg kita lakuin,,^^

    Suwun infonya,,,
    saeng nena ^^

    BalasHapus
  2. aku masuk yg mana dong nen?
    hihihi...

    BalasHapus